Kayaknya otak gue lagi kehabisan ide nih buat nulis di blog, hahaha. Tapi gak tau yaa, rasanya hati gue lagi mood nulis-nulis hal yang romantis. Tapi berhubung gue masih punya simpanan kata-kata puitis najis dari diary gue, gue tulis di sini aja ya. Ini diary yang gue tulis selama 3 hari dari tanggal 28 Februari 2009 sampe 2 Maret 2009. Selamat menikmati :)
Sabtu, 28 Februari 2009
Entah ia tidak tau, atau pura-pura tidak tau, atau bahkan otaknya terlalu tumpul untuk memikirkan cinta.
Gengsi itu memang pasti ada. Ku tak ingin berdusta, namun sampaikah hati ini untuk menyatakan cinta lebih dulu? Nampaknya tidak. Gengsi ini memang terlalu berlebihan, wajar. Ya ampun, ayolah! Ia tak mungkin menyadari perasaanku kalau hanya setengah-setengah seperti ini. Ingin tak memperdulikan, namun apapun alasannya mataku slalu mengarah ketempat dimana kakinya dipijakkan. Skali lagi ayolah. Cinta memang terlalu bodoh untuk memahami perbedaan yang signifikan. Sulit untuk menggapainya dengan mudah. Perjuangan untuk itu memang pasti ada. Namun apa yang harus ku perjuangkan kalau berjuang dengan tidak berjuang, hahaha hasilnya akan tetap sama. Sama-sama nihil. Sama-sama tidak berhasil. Sama-sama dihiraukan olehnya. Dan sama-sama tidak dipedulikan oleh hatinya yang memang tak peduli dengan cinta.
Mungkin cinta itu memang menghinggapi hatinya yang polos, namun sekali lagi ku katakan otaknya memang terlalu tumpul untuk memikirkan hal kecil yang bodoh yang bernama cinta.
Minggu, 1 Maret 2009
Kupikir cinta itu menyenangkan. Membuat hidup ini penuh semangat, penuh gairah. Namun tidak selamanya cinta demikian. Yang ada malah membuatku merasa sendiri. Membuatku merasa tak mampu menjalani hidup ini tanpa cinta. Apalagi ditambah dengan ketidakpastian cinta yang ia berikan padaku. Oh Tuhaan, apa yang harus ku lakukan agar cinta itu pasti dan nyata?
Dengan semua petunjuk yang ia berikan? Petunjuk yang menggantungkan perasaanku. Ku ingin sekali tak mempercayai bahwa ia mencintaiku. Namun teramat sulit rasanya untuk membuang jauh-jauh perasaan besar hati itu. Tak ada yang tau perasaannya yang sesungguhnya kecuali ia dan Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan berita yang beredar yang membuatku bertanya-tanya. Astaga… Itu benar-benar rumit dan sulit untuk dimengerti. Mengapa harus ia orang yang kucintai? Apakah ini semua memiliki alasan yang jelas yang dapat dijelaskan secara ilmiah dan mendasar, apa yang melatarbelakangi aku dapat mencintai seorang yang bagiku sempurna. Ia begitu baik dan sempurna bagiku. Namun entah, mengapa hati ini meminta lebih dari sekedar teman?
Aku hanya ingin merasakan indahnya mencintai dan dicintai orang yang kurasa paling indah didunia ini. Namun mengapa setiap kali aku ingin mewujudkan perasaan itu begitu sulit rasanya? Apakah ada persyaratan-persyaratan tertentu agar dapat menjadi orang yang tersayang? Tidakkah cinta itu menerima pasangannya apa adanya? Ternyata cinta tidak setulus yang pujangga ceritakan pada setiap syair-syair indahnya. Syair-syair itu hanya menjanjikan kepalsuan semata. Kemana semua kata-kata itu sekarang? Sekarang cinta sudah tak seabadi dulu. Begitu mudahnya mengucapkan kata cinta tanpa ada rasa yang sesungguhnya di hati.
Hingga aku tak mendapatkan cinta yang sesungguhnya.
Senin, 2 Maret 2009
Sesungguhnya banyak sekali hal yang sudah tak perlu kuragukan. Beradu tatap hampir di setiap saat bukanlah hal yang perlu diragukan. Selalu menanggapi setiap kata yang terucap dari bibir ini dengan baik pun tak perlu diragukan. Aku sungguh ingin mempercayai keberadaan cinta itu. Namun masih sulit menerima apabila suatu saat ia meragukan adanya cinta dihatinya, hal yang sangat ku sesali nantinya.
Tiada hal yang lebih indah saat ini kecuali menatap keindahan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa itu. Ia begitu indah. Ia bagian dari ciptaan Tuhan. Ku tak meragukan keadilan Tuhan yang memang ia Maha Adil. Ketika hati ini berkata, “Mengapa cinta tak berpihak padaku? DIMANA LETAK KEADILAN TUHAN?” ku tak ingin berdosa dengan mengucap kata-kata itu. Pikiran optimis selalu berusaha ku tanamkan dalam diri ini. Belum saatnya. Ya, kata-kata itu lah yang membuatku untuk selalu berusaha sabar dalam pencarian cinta sejati, dan dalam mencari kebenaran cinta yang tertanam dalam diri dia.
Lagi-lagi ku berusaha agar membuat diriku tidak besar hati. Meski ingin sekali hati ini berhadapan dengan realita, namun ku selalu berusaha sedemikian rupa untuk belajar bersabar. Sabar memang sulit. Membuat hati ini bersabar bukanlah perkara yang mudah. Tidakkah seringkali dengan kata sabar yang tertanam dalam hati, akan berbuah hal yang manis dan berkesan hingga hari tua kelak? Itu yang selalu berusaha ku pikirkan. Ya, hal-hal yang positif. Meski tidak harus semua perkara akan dapat terselesaikan dengan mudah.
Meski ku slalu berusaha mencari jawaban atas segala tanya resah gundah di hatiku, tentu ku inginkan jawaban yang membuat hati ini senang dan tenang. Dengan demikian, yang kutakutkan kini adalah perbedaan yang signifikan antara impian dan realita. Begitu pedih rasanya apabila harapan tak sesuai dengan yang di hadapan. Membuat kita berpikir, adakah dosa yang membuat kita tak dapat mewujudkan impian kita ini?
1 comments:
teman-teman pasti pada mau muntah baca posting gue yang ini? sebenernya gue gak addicted sama orang yang gue suka. hanya memanfaatkan bakat pada saat jatuh cinta yang berbuah mahakarya estetika, itulah gue. haha jangan heran ya..
Post a Comment