Halo temen-temen yang masih dengan setia ngebaca blog ini, meskipun yang ngurusin blog ini (baca: gue) udah nyaris ga peduli sama blog ini dikarenakan semakin banyaknya jejarin sosial yang bisa ngebuat gue mengungkapkan apa yang ada di otak gue seketika itu juga (baca: twitter). Tapi gue tersadar akan keberadaan blog ini dari twitter gue sendiri. Gue baru sadar adanya blog ini begitu ngeliat gue masukin link blog ini di profil twitter gue itu. 헐~
Gue langsung berpikir untuk nge-post ASAP tapi ide di otak gue mentok banget karena mood nulis gue itu sangat bertepatan dengan 수강 신청 (pendaftaran jadwal matak kuliah). Kemudian gue ngeliat-liat posting yang ada di dratf blog gue, dan menemukan sebuah pertanyaan yang terjawab dengan kehidupan merantau gue di negeri orang.
Beginilah kira-kira isi postingan yang ke-pending itu:
Haloooooo!
Udah lama banget deh gue ga posting di blog gue yang semakin ga keurus karena udah kelas tiga sma. Hmmmm. Gue akan berusaha tetep posting lah setidaknya. Biar ada kerjaan diwaktu senggang yang semakin sempit haha.
Hmmm posting terakhir gue rada ga penting. Hmmm Gue mau ngelanjutin cerita tentang hidup aja apa ya? Hahaha.
Sejak kelas tiga pola hidup gue mau ga mau jadi berubah. Semales-malesnya gue belajar, gue jadi kebawa atmosfer kelas yang isinya anak pinter semua. Yang tadinya gue merasa cukup pinter, sekarang jadi agak pinter, terus lama-lama jadi ngerasa kurang pinter. Dan sekarang.... nggak pinter. Oke, grafik hidup gue semakin menurun dari kejayaan hahaha (berasa bangsa yang diatas angin gue). Tapi setidaknya itu yang bikin gue survive sampe sekarang di kelas untuk tetep belajar walaupun usaha gue mungkin gak se-getol temen-temen gue yang pinternya pada kuadrat (bahkan pangkat sejuta).
Dan entahlah setiap gue belajar, gue ngerasa punya keinginan untuk maju yang sangat tinggi. Tapi setiap gue menghadapi ujian, apapun itu bentuknya, gue selalu menghadapi kegagalan. Nilai gue yang cuma berkutat di do-re-mi-fa-sol membuat gue super-duper down. Gue ngerasa belajar gak belajar bahkan gak ada bedanya. Sama-sama dapet nilai jelek. Hmmmm. Ditambah dengan tuntutan sekolah yang memang dari tahun ke tahun grafiknya naik terus. Gak mungkin juga gue turun sendiri. Bisa-bisa bikin malu sekolah. Kesel gak sih? Gue sering bertanya ke diri gue sendiri, "Ini gue yang bego, apa memang materinya yang gila?" Tapi semua temen-temen gue berhasil melewati ini semua dengan nilai yang lumayan (meski ga bagus-bagus banget, tapi mereka di atas gue). Itulah puncaknya gue depresi dengan sekolah.
Gue punya keyakinan di diri gue, gue punya kemampuan. Tapi gue gak bisa nunjukin ke orang banyak kalo, "ini loh gue. lo semua punya anggapan salah tentang diri gue". Dibilang mau sombong juga, gue rasa enggak. Itu teramat wajar, ketika lo mau nunjukin apa yang lo bisa. Tapi lagi-lagi gue membuat penyimpangan. Malah tambah jelek lah nilai gue -____-
Gue rajin ikutan bimbel seminggu tiga kali, dan pulang jam 9 malem sampe rumah, dengan hasil yang gak sesuai dengan usaha. Rasanya dunia ini gak adil, 아니 kenyataan yang sangat nggak adil. Try Out Inten sebulan sekali. Try Out sekolah udah dua kali. Belajar seperti orang gila. Mungkin belum bisa mengubah kenyataan. It's okay. Gue tertegun dalam tawa disaat semua temen-temen gue bisa tertawa lepas.
Dan puncak dari ke-down-an gue adalah hasil nilai rapot yang sangat gue anggep sebagai sampah. Gak sesuai dengan usaha gue. Gue jadi ngerasa tolol se-tolol tolol-nya. Hasil psikotes bertolak belakang dengan hasil rapot gue. Dan gue paling ga suka ada di paling akhir (itu sangat tersirat). Mungkin dengan gue refreshing selama seminggu ini gue bisa mengembalikan kejayaan gue yang dulu pernah ada. Bokap gue bilang, "Mungkin kamu terlalu menganggap beban belajar. Santai aja kak".
Begitulah isi draft-nya. Gue sih lupa persisnya kenapa gue gak jadi nge-post. Entah karena isinya lumayan memalukan atau koneksi internetnya lagi jelek. Gue udah menemukan ilham jawaban dari sebuah pertanyaan seorang ababil yang berusaha mencari pembenaran diri.
Dengan pembentukan pola pikir yang selalu mengatakan hal-hal negatif terhadap diri sendiri, maka kita akan menjadi seseorang sesuai dengan bentuk pola pikir diri kita sendiri.
Suka ngerasa gak sih temen-temen, tiba-tiba bilang ke diri sendiri, "Kok gue begini, ya? Kok gue begitu, ya?"
Padahal kita sebelumnya tidak memengelompokkan hal apa yang kita lakukan. Setelah membentuk sebuah pola pikir, kita menyadari hal itu, semakin kita menyadari kita melakukan kesalahan, kita langsung ber-statement kalo kita adalah orang yang memiliki habit melakukan hal itu. Akhirnya membentuk sebuah kebiasaan dan menjadikan kita bener-bener seperti 'pemikiran' itu.
Dari pengalaman yang gue dapatkan di negara orang lain itu, gue berusaha mengubah pola pikir kayak gitu, agak bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Tentunya, sekarang gue masih dalam proses pembelajaran agar bisa menjadi individu yang baik. Menurut gue, penduduk lokal dari negara tempat gue tinggal selama kuliah, mereka hampir nggak pernah ber-negative thinking. Mungkin itu juga bisa menjadi "pemicu" kenapa negara mereka bisa jadi negara maju karena pola pikir masyarakatnya yang selalu berpikir hal-hal baik.
Sama halnya dengan kasus menyesali negara kita sendiri. Dengan begitu, kita gak perlu menyesali kenapa negara kita begini... kenapa negara kita begitu... karena dengan kita menciptakan pola pikir kayak gitu, secara nggak langsung kita seperti "nyumpahin" negara kita jadi seperti yang ada di pikiran kita... ;)
Cukup bagus? Cukup menjawab pertanyaan yang pernah terlontar di pikiran kalian? Atau malah jelek blenyek? Mohon di komen yah temen-temen ;)
0 comments:
Post a Comment